Kekuatan Story Telling “Drive to Survive” Buat Formula 1 Sukses Tembus AS
Formula 1 (F1) telah lama menjadi olahraga motor yang mendominasi kawasan Eropa dan Asia, namun kesulitannya menembus pasar Amerika Serikat (AS) sudah menjadi isu klasik. Semua itu berubah ketika Netflix meluncurkan docuseries “Drive to Survive” pada tahun 2019. Bosshunting dalam “The Netflix Effect: A Breakdown Of How ‘Drive To Survive’ Changed Formula 1” mencatat, serial ini telah mengubah cara F1 berkomunikasi dengan audiens global, terutama di AS. Dengan pendekatan narasi yang mengedepankan drama, persaingan, dan kepribadian pembalap, F1 berhasil meraih perhatian audiens baru yang sebelumnya kurang terlibat.
Drive to Survive membawa penonton lebih dekat pada sisi manusiawi F1 dengan menyajikan narasi emosional yang berfokus pada rivalitas antar pembalap, tekanan tim, dan momen emosional di belakang layar. Pendekatan ini menciptakan koneksi emosional yang sulit dijangkau hanya melalui siaran balapan. Selain itu, serial ini memberikan akses eksklusif ke momen-momen yang sebelumnya tidak terlihat di TV, seperti diskusi strategis, konflik internal, dan wawancara langsung, sehingga menarik minat penonton yang ingin mengetahui cerita di balik layar.
Dengan format modern yang dinamis, Drive to Survive juga relevan dengan preferensi generasi muda yang lebih menyukai konten berbasis cerita dibanding sekadar aksi olahraga. Ditambah lagi, distribusi global melalui platform Netflix mempermudah audiens di AS untuk mengenal F1 tanpa harus menonton siaran langsung balapan, yang sering berlangsung di waktu kurang bersahabat untuk zona waktu mereka.
Sejak peluncuran Formula 1 Drive to Survive, minat masyarakat AS terhadap F1 meningkat secara signifikan. Jumlah pemirsa F1 di AS hampir dua kali lipat sejak 2018. BlackBook Motorsport dalam artikel “F1 viewership analysis: Has the series cracked the US TV market?” Mencatat pada musim 2024, rata-rata siaran F1 di ESPN menarik 1,2 juta penonton per balapan, lebih dari 2 kali lipat dibandingkan dengan rata rata 540 ribu penonton per balapan pada musim 2018. Di sisi digital, Drive to Survive juga memberikan dampak signifikan. F1 mencatat peningkatan lebih dari 40% dalam pengikut media sosial di AS sejak serial ini diluncurkan, menunjukkan bagaimana docuseries ini berhasil memperluas keterlibatan penggemar baru di era digital.
Meskipun kesuksesan ini luar biasa, F1 perlu menjaga momentumnya. Tantangan berikutnya adalah mempertahankan audiens baru ini dengan menawarkan pengalaman yang lebih interaktif, seperti integrasi teknologi VR/AR di balapan atau kolaborasi dengan selebritas lokal. Selain itu, perluasan balapan di AS, seperti Grand Prix Las Vegas kemarin, menunjukkan bahwa F1 tidak berhenti berinovasi untuk menarik lebih banyak penggemar.
Strategi komunikasi F1 melalui Drive to Survive adalah contoh cemerlang bagaimana cerita yang relevan dan emosional dapat menjembatani audiens baru. Dalam era konten digital, olahraga seperti F1 membuktikan bahwa pendekatan yang adaptif dapat mengubah tantangan menjadi peluang besar. Pasar AS, yang dulunya sulit ditembus, kini menjadi salah satu pusat pertumbuhan terpenting untuk F1 di masa depan.
Penulis: Dzaki Ridwansyah
Tags: #pragency, #pragencyjakarta, communication